Gubernur Sulut Yulius Selvanus dan Ibu Anik Yulius Selvanus saat memainkan alat musik tradisional Kolintang
Pacificnews.id-.Suasana rumah dinas Gubernur Sulawesi Utara mendadak hangat dan penuh kedamaian ketika denting kolintang mengalun lembut mengiringi lagu “Malam Kudus”.
Di ruangan yang dihiasi ornamen Natal serta deretan bendera merah-putih, Gubernur Sulut Yulius Selvanus Komaling terlihat berdampingan dengan sang istri, Anik Fitri Wandriani, memainkan alat musik khas Minahasa tersebut dengan teknik yang rapi dan halus.
Harmoni yang tercipta membuat siapa pun yang hadir larut dalam suasana pra-Natal. Waktu pun terasa semakin dekat—39 hari menuju 25 Desember, momen sakral yang dinantikan umat Kristiani di seluruh dunia.
Di berbagai kesempatan, Gubernur Yulius Selvanus kerap menegaskan bahwa kolintang bukan sekadar alat musik tradisional, melainkan bahasa kehangatan masyarakat Sulut yang menyatukan generasi tua dan muda.
Ia juga terus mendorong pelestarian budaya kolintang melalui komunitas seni daerah, sejalan dengan pengakuan kolintang sebagai Warisan Budaya Takbenda.
Upaya ini menjadi bagian dari diplomasi budaya Sulut sekaligus penguatan identitas masyarakat di tengah arus modernisasi.
Harmoni Kolintang sebagai Pesan Natal
Pada momen hari ini, nada-nada kolintang yang dimainkan Gubernur dan istri seperti membentuk ruang meditasi kecil. Anik, dengan gestur yang tenang, tampak menyatu dengan ritme permainan.
Keduanya menciptakan suasana intim yang jarang terlihat dalam agenda formal seorang kepala daerah, namun sangat dekat dengan sisi manusiawi seorang pemimpin.
Momen sederhana namun penuh makna ini menegaskan bahwa Natal di Sulawesi Utara bukan hanya perayaan besar, tetapi juga tentang kebersamaan, kesederhanaan, dan penghayatan nilai spiritual.
Seiring meningkatnya perhatian publik terhadap pelestarian budaya lokal, denting kolintang yang dimainkan Gubernur Yulius dan istrinya menjadi simbol bahwa seni tradisional tetap memiliki tempat penting dalam kehidupan modern.
Dengan semakin dekatnya hari raya, masyarakat Sulut pun mulai merasakan atmosfer khas Natal: musik, keluarga, persiapan ibadah, dan kegiatan sosial di berbagai kota. Natal bukan sekadar tanggal di kalender, tetapi cerita, memori, dan kehangatan yang dirayakan bersama.
(Stvn)





