Pdt Gilbert Lumoindong dan rombongan saat berada Puncak Sinai
Pacificnews.id-.Bayangkan berdiri di puncak Gunung Sinai, tempat legendaris di mana Musa menerima wahyu Ilahi. Mentari pagi perlahan merekah, menyinari wajah-wajah penuh harap yang menengadah ke langit. Di ketinggian 2.285 meter di atas permukaan laut, doa-doa menggema — bukan untuk diri sendiri, tetapi untuk sebuah bangsa: Indonesia.

Inilah yang terjadi di akhir Oktober 2025, ketika Pdt. Dr. Gilbert Lumoindong dari GBI Glow Fellowship Centre dan Romo Aloysius Dore dari Paroki Tanah Boleng, Adonara, NTT, memimpin rombongan hamba Tuhan dalam Glow–Menorah Holyland Retreat yang tak terlupakan.
Momen sakral ini bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-97, menjadi simbol nyata komitmen untuk persatuan dan kemajuan Indonesia.
“Gunung Sinai adalah tempat perjumpaan dengan Tuhan,” ujar Pdt. Gilbert dengan mata berbinar. “Di sini, energi spiritual begitu kuat — doa-doa kita terasa lebih dekat dengan-Nya.”
Pendakian dimulai di tengah kegelapan dini hari, langkah demi langkah menapaki jalur sejarah yang sama seperti ribuan tahun lalu. Sesampainya di puncak, rasa lelah terbayar lunas oleh pemandangan menakjubkan. Saat matahari muncul di ufuk timur, suasana hening berubah menjadi penuh syukur.
“Kami berdoa untuk Indonesia,” tutur Romo Aloysius dengan suara bergetar. “Untuk ekonominya, keamanannya, keadilannya. Untuk para pemimpin bangsa agar diberi hikmat dan kekuatan.”
Doa-doa yang terucap di Sinai tak hanya memohon, tetapi juga menegaskan iman dan harapan — mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa: pendidikan, kesehatan, hukum, dan kesejahteraan, termasuk program Makanan Bergizi Gratis bagi rakyat kecil.
Bagi para rohaniwan ini, doa bukan pelarian, melainkan deklarasi iman bahwa Indonesia akan terus berada dalam lindungan Ilahi.
“Sebagai Sahabat Yesus, kita dipanggil untuk menjadi berkat bagi sesama,” pesan Romo Aloysius. “Mari kita sebarkan cinta dan harapan, dari puncak Sinai hingga ke seluruh pelosok Nusantara.”
Pdt. Gilbert menambahkan pesan reflektif:
“Bangunlah mezbah doa di hatimu. Pujilah Tuhan dengan sepenuh jiwa. Maka, Indonesia akan menjadi bangsa yang besar dan mulia.”
Peristiwa di Gunung Sinai ini bukan sekadar perjalanan rohani, melainkan panggilan untuk bertindak — mencintai Indonesia dengan tulus, berkontribusi bagi kemajuannya, dan terus mengandalkan Tuhan dalam setiap langkah.

Di puncak gunung yang sunyi itu, ribuan kilometer dari Tanah Air, suara doa para rohaniwan Indonesia bergema, membawa pesan yang sama seperti 97 tahun lalu:
Bersatu, bangkit, dan tumbuh untuk Indonesia yang lebih baik.
(Steven Rapar)






