Terabaikan Satu Dekade, Program Kerajinan Eceng Gondok Kini Digerakkan oleh Ketua Dekranasda Sulut Anik Yulius Selvanus
Ketua Dekranasda Sulut Anik Yulius Selvanus dan Tantan Triyana Direktur Utama PT Manado Utara Perkasa
Pacificnews.id-.Program pemanfaatan eceng gondok sebagai bahan baku kerajinan yang sempat ditawarkan sejak sepuluh tahun lalu kini kembali dihidupkan setelah lama tidak mendapatkan tindak lanjut.
Tantan Triyana, SH, Direktur Utama PT Manado Utara Perkasa (afiliasi PT Paramount Enterprise Internasional), mengungkap bahwa konsep kolaborasi ini telah diajukan kepada pemerintah daerah satu dekade silam, lengkap dengan skema pelatihan dan rencana pemasaran. Namun, proposal tersebut tidak pernah diproses lebih jauh.
“Program ini bukan hal baru. Kami sudah mengajukan konsepnya sekitar sepuluh tahun lalu, lengkap dengan skema pelatihan dan pemasarannya. Namun waktu itu tidak ada arahan lanjutan sehingga rencana ini berhenti di meja proposal,” ujar Tantan Triyana.
Menurutnya, eceng gondok menyimpan potensi besar untuk ekonomi kreatif. Tanaman yang selama ini dianggap gulma tersebut memiliki serat kuat, ringan, fleksibel, serta ramah lingkungan—menjadikannya bahan ideal untuk berbagai produk kerajinan. Setelah diolah, eceng gondok dapat menjadi tas, keranjang, lampu dekoratif, hingga furnitur kecil yang diminati pasar nasional maupun internasional.
Tantan menambahkan, beberapa daerah di Indonesia telah memanfaatkan produk berbahan eceng gondok sebagai komoditas ekspor. Sementara Sulut, meski memiliki bahan baku melimpah, tertinggal akibat program yang dulu tidak kunjung dijalankan.
“Eceng gondok ini sebenarnya peluang besar bagi Sulut. Banyak daerah lain sudah mengekspor produk seperti ini, sementara Sulut punya bahan baku melimpah tetapi belum dimaksimalkan,” jelasnya.
Namun kini, situasinya berubah. Ketika konsep yang sama kembali disampaikan kepada Ketua Dekranasda Sulawesi Utara, Anik Wandriani—istri Gubernur Sulut Yulius Selvanus—respons cepat langsung diberikan. Anik tidak hanya membuka ruang kerja sama, tetapi juga menggerakkan program secara konkret: menghadirkan instruktur profesional, memulai pelatihan, dan menempatkannya dalam kerangka pengembangan berkelanjutan.
Di bawah koordinasinya, pelatihan eceng gondok diarahkan tidak hanya pada tahap keterampilan dasar. Program ini mencakup kurasi produk, peningkatan standar mutu, hingga pembukaan akses pemasaran melalui jaringan mitra industri. Hal ini menunjukkan perubahan signifikan dalam cara kerja Dekranasda Sulut yang kini lebih proaktif, responsif, dan berorientasi pada dampak nyata.
Program yang sempat terabaikan selama satu dekade itu akhirnya kembali hidup. Dengan komitmen baru dari Dekranasda Sulut, potensi eceng gondok kini dapat dioptimalkan untuk meningkatkan kreativitas perajin, membuka peluang usaha, dan memberikan nilai tambah bagi ekonomi lokal.
(Stvn)




