Alih-Kode Bahasa Melayu Manado

by -146 views
Oplus_0

Penulis: Donna Retty M. Timboeleng Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sam Ratulangi Manado

Pacificnews.id-.This study is focused on BMM Code-switching that is used in the preaching, especially in Christian Evangelical Church in Minahasa. The problems are mentioned in problematic formulation and the scope of study, namely: 1) what are the kinds of BMM Code-switching found in the preaching?, 2) which topics in the preaching that use BMM Code-switching?, 3) what are the determining factors of BMM Code-switching in the preaching? This research study used descriptive method with some recording techniques to collect the data. Then the data are analyzed contextually relating to the concept of the code-switching components as described by Romaine and Fishman. This study finds several matters that summarize: 1) The kinds of BMM code-switching found in the preaching in Christian Evangelical Church in Minahasa are inter-sentential codeswitching, intra-sentential code-switching and emblematic/tag switching. The mostly found are intra-sentential code-switching, 2) the normative topics are amnesty, faith, obedience, 3) there are several factors that determine BMM code-switching: made to closer between preacher and sect, made to easier and to develop the content or meaning of the preaching, to show the ethnic identity, and to keep the origin and accuracy of the preaching.

I. PENDAHULUAN
Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri melainkan harus selalu berinteraksi dengan sesamanya. Untuk keperluan tersebut, manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai identitas. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan terbentuknya kepelbagaian bahasa di dunia yang memiliki ciri-ciri yang unik. Hubungan antara bahasa dengan konteks sosial tersebut dipelajari dalam bidang sosiolinguistik, sebagaimana yang dikemukakan oleh Trudgill bahwa “Sosiolinguistik adalah bagian linguistik yang berhubung kait dengan bahasa, fenomena bahasa dan budaya. Sosiolinguistik, menurut Fishman memiliki komponen utama yaitu ciri-ciri bahasa dan fungsibahasa. Fungsi bahasa dimaksud adalah fungsi sosial (regulatory) yaitu untuk membentuk
arahan dan fungsi interpersonal yaitu menjaga hubungan baik serta fungsi imajinatif yaitu untuk menerka alam fantasi serta fungsi emosi seperti untuk mengungkapkan suasana hati
seperti marah, sedih, gembira dan apresiasi.

Perkembangan bahasa yang selari dengan perkembangan kehidupan manusia di abad modern menunjukkan fenomena yang berubah-ubah. Dan dalam perkembangannya,
penggunaan bahasa dalam masyarakat sehubungan dengan sosiolinguistik menghadapi berbagai masalah, di antaranya alih-kode.

Kridalaksana dalam Kamus Linguistik (2008) mendefinisikan alih-kode sebagai ‘penggunaan variasi bahasa lain atau bahasa lain dalam satu peristiwa bahasa sebagai strategi untuk menyesuaikan diri dengan peran atau situasi lain, atau karena adanya partisipan lain. Chaer dan Agustina (2004) menyatakan alih-kode adalah peristiwa pergantian bahasa.

Appel (1976) mendefinisikan sebagai ‘gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi’. Berbeda dengan Appel yang mengatakan alih-kode itu terjadi antar bahasa, maka Hymes (1875) menyatakan alih-kode bukan hanya terjadi antarbahasa, tetapi dapat juga terjadi antara ragam-ragam atau gaya-gaya yang terdapat dalam satu bahasa.

Definisi menurut Tay (1989) adalah: ‘While code-switching involves the
embedding or mixing of words phrases and sentences from two codes within the same speech event and across sentence boundaries, ….’. Maksudnya, alih-kode mencakup penyematan atau
pencampuran kata-kata, frasa-frasa, dan kalimat-kalimat dari dua bahasa dalam suatu peristiwa tutur yang sama dan melintasi batas-batas kalimat.

Alih-kode merupakan fenomena sosiolinguistik yang terjadi karena adanya kedwibahasaan. Telah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa alih- kode dimungkinkan jika struktur bahasa-bahasa yang terlibat dalam peristiwa ini kurang lebih setara atau memiliki kesamaan (prinsip kesetaraan/ kesejajaran struktur atau equivalence constraint), sehingga unsur-unsur dari bahasa-bahasa (kode-kode) yang terlibat dalam proses ini dapat digunakan secara bergantian dalam suatu tuturan tanpa saling mengganggu kaidah gramatikal masing-masing bahasa tersebut.

Selanjutnya dikatakan bahwa terjadi fenomena ini dipicu oleh beberapa faktor sosial seperti partisipan, topik, dan seting/latar.

Menurut tipologi alih- kode, Romaine (1995) membagi dalam tiga kategori utama sebagai berikut:
1. Alih-kode antar kalimat (inter-sentential code-switching) yaitu pengalihan beberapa elemen linguistik dari suatu bahasa ke bahasa lain, yang terjadi secara lintas kalimat
2. Alih-kode dalam kalimat (intra-sentential code-switching) yaitu pengalihan elemen linguistik (kata, frasa, klausa) dari suatu bahasa ke bahasa lain, yang terjadi dalam suatukalimat.
3. Alih-kode emblematik (emblematic/Tag Switching) yaitu penyisipan pemarkah
emblematik dari suatu bahasa ke dalam ujaran dalam bahasa lain.

Masalah
Adapun rumusan dalam kajian ini, yaitu: 1) jenis alih-kode apa sajakah yang ditemukan
dalam kotbah,

2) apa saja topik pembahasan dalam kotbah yang mengandung alih-kode Bahasa Melayu Manado,

3) apa sajakah faktor-faktor yang melatarbelakangi terjadinya alih-kode Bahasa Melayu Manado dalam kotbah.
Ruang Lingkup Penelitian Kajian ini difokuskan pada alih-kode Bahasa Melayu Manado hanya dari perspektif
sosiolinguistik saja dengan fokus yang terbatas pada bahasa lisan dalam kotbah.

Tujuan Penelitian
Kajian ini bertujuan untuk

(1) mendeskripsikan jenis alih-kode Bahasa Melayu Manado dan Bahasa Indonesia dalam kotbah;

(2) mengidentifikasi topik pembahasan dalam kotbah yang banyak mengandung alih-kode Bahasa Melayu Manado; (3) mengidentifikasi alasan-alasan atau motivasi pengkotbah yang melatar belakangi penggunaan alih-kode dan
Bahasa Melayu Manado tersebut kotbahnya.

Landasan Teori
Dalam masyarakat, terjadi berbagai macam peristiwa bahasa, di antaranya yang disebut sebagai alih-kode yang dipelajari dalam sosiolinguistik. Alih-kode, oleh Appel (1976) didefinisikan sebagai ‘gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya
situasi’.

Alih-kode itu sendiri dapat terjadi jika memenuhi syarat-syarat tertentu.
Secara khusus Muysken (1995) mengatakan alih-kode dapat terjadi dengan adanya salah satu dari empat situasi di bawah ini:
1) Alih-kode dapat terjadi apabila tidak terdapat hubungan yang sangat erat (seperti hubungan penguasaan/government) antara kedua elemen yang dialih-kodekan (yang
disebut juga paratactic switching),
2) Alih-kode dapat terjadi apabila terdapat kesetaraan/kemiripan struktur,
3) Alih-kode dapat terjadi apabila elemen yang dialih-kodekan dilingkupi dan
dilindungi secara morfologis oleh elemen fungsional dari bahasa matriks. Jadi bahasa matriks yang berperan dalam alih-kode, dan
4) Alih-kode dapat terjadi jika pada titik terjadinya alih-kode, sebuah kata yang dialih-kodekan dapat saja berasal dari kedua bahasa yang dialih-kodekan.

Appel menjelaskan faktor situasional yang mempengaruhi alih-kode ialah:1) siapa yang menjadi pembicara dan pendengar,
2) apa pokok pembicaraan,
3) konteks verbal,
4) bagaimana bahasa dihasilkan, dan
5) lokasi.
Sedangkan Fishman (1976) menelusuri penyebab terjadinya alih-kode dengan
mengembalikan pada pokok persoalan sosiolinguistik yaitu ‘siapa berbicara, dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan, dan dengan tujuan apa’. Sedangkan Chaer dan Agustina (2004) menjabarkan secara umum penyebab alih-kode adalah:
1) pembicara atau penutur,
2) pendengar atau lawan tutur,
3) perubahan situasi dengan adanya orang ketiga,
4) perubahan dari formal ke informal atau sebaliknya, dan
5) perubahan topik pembicaraan.
Dalam pembahasan tulisan ini, penulis menggunakan teori Romaine yaitu
kategori alih-kode berdasarkan tipologi yaitu alih-kode antar kalimat, alih-kode intra kalimat, dan alih-kode emblematik serta pendapat dari Fishman.

Metode dan Teknik Kajian ini dilakukan di Manado, khususnya Gereja Masehi Injili di Minahasa sebagai wilayah Bahasa Melayu Manado yang diteliti. Data alih-kode diperoleh dari kotbah-kotbah yang direkam dalam ibadah mingguan di gereja.

Deskripsi yang dibuat kemudian dianalisis dalam beberapa tahap:

(1) data diklasifikasikan menurut jenis alih-kode,

(2) Identifikasi topik
pembahasan dalam kotbah,

(3) Identifikasi dan deskripsi faktor-faktor penyebab terjadinya
alih-kode dalam kotbah.

II. PEMBAHASAN
Dalam analisis alih-kode Bahasa Melayu Manado yang terjadi dalam kotbah
menurut tiga jenis yang dikategorikan oleh Romaine, penulis melihatnya sebagai berikut:
1. Alih-kode antar kalimat, terdapat dalam kotbah seperti:
a. Sehingga ada model-model dan cara bertindak sekarang ini, dan torang mo bilang: so bagitu di jaman skarang, so bagitu. Skarang kalo mo lancar, kase sampul.

b. Ada orang berkomentar: kiapa e skarang rupa so nyanda dapa rasa, rupa so lebe pende, rupa so cepat skali untuk mengakhiri satu tahun. Rasanya blum selesai manimpang itu tatanan itu hiasan-hiasan natal.

c. Abraham dijuluki bapa orang beriman. Kita kenal nama, gereja, itu torang so tahu tu greja, tiberias, persekutuan orang percaya. Abraham ini berangkat, dia belum tahu kemana mo pigi, tapi ia berangkat, karena pada akhirnya ia sudah menjadi yakin suara yang datang kepadanya, dia langsung menerima.

d. Mungkin sulit diterima pada jaman ini. Bayangkan kalo torang orang pi pangge pergi, torang tidak tahu di mana mo apa, belum tentu kal kita pergi. Tetapi proses panggilan pada Abraham ini sangat luar biasa

e. Kita ini orang-orang, kita inilah eklesia, orang yang dipanggil dan disuruh Tuhan pergi, di mana torang pigi. Kal torang skarang so jelas torang mo pigi toh, kita dipanggil pergi,
menjadi berkat di rumah tangga, pergi di tempat pekerjaan menjadi berkat, pigi di mana kalo bole torang jadi berkat.

2. Alih-kode intra kalimat ( pengalihan elemen linguistik: kata, frasa, klausa):
a. Sudara-sudara, sidang jemaat.

b.Tapi sebelumnya perlu torang renungkan dan harus dijawab secara pribadi mengapa saya sukacita, penuh sukacita pada hari ini.

c. Karna pada umumnya banyak kegiatan: bersih-bersih, mencari dana banyak untuk bayar. Memperlengkapi diri kita dengan segala sesuatu. Apakah itu baju baru, apakah itu cepatu, apakah itu makanan, ada di kita di sini, mungkin juga di Paulus twm.

d. Jawab secara pribadi, apa sebabnya kita berlelah-lelah tidak tidur sampai pagi menyiapkan kue, ibu-ibu atau menjait baju baru atau membarui rumah, apa sebab sebenarnya yang membuat sukacita.

e. Tapi sebenarnya apa sebab torang bersukacita, karna kalo torang tahu persis makna sukacita ini, bole-bole saja kita melengkapi sukacita ini dengan segala macam lainnya.

f. Itu sebenarnya inti torang pe sukacita. Luar biasa torang punya Tuhan Yesus.

g. Sehingga ada model-model dan cara bertindak sekarang ini, dan torang mo bilang: so bagitu di jaman skarang, so bagitu.

h. Itu so biasa.

i. Doa, beribadah, bijaksana, adil, itu yang torang rindukan, torang alami, dan torang bole lakukan.

j. Sukacita, bahwa ada riki tahun baru.

k. Sebab, ada banyak alasan penyebab kalo orang nyanda riki tahun baru.

l. Seperti kalau kita ikuti di siaran-siaran informasi, berita-berita, ada begitu banyak orang nyanda riki tahun baru karna ada bencana.

m. Banjer, tana longsor, pesawat jatuh, dan sebagainya, dan sebagainya.

n. Kalau kita simak bersama dalam pembacaan kitab kejadian, cerita Abraham torangt ahu semua sapa itu.

o. Abraham ini berangkat, dia belum tahu kemana mo pigi, tapi ia berangkat, karena padaa khirnya ia sudah menjadi yakin suara yang datang kepadanya, dia langsung menerima.

p. Kita ini orang-orang, kita inilah eklesia, orang yang dipanggil dan disuruh Tuhan pergi,di mana torang pigi.

q. Karena bisa saja karna emosi, amarah, dia meninggalkan persekutuan.

r. Kita mo saling belajar satu dengan yang lain, saling menerima satu dengan yang lain.

s. Jadi itu tampa, sebenarnya yang disebutkan oleh perjanjian lama oleh kitab perjanjian ini, tempat yang Tuhan brikan adalah juga untuk keturunanmu.

t. Dan bagaimana torang bole jadi berkat?

u. Torang mengaku bahwa aku beribadah kepada Tuhan.

3. Alih-kode emblematik (emblematic/Tag Switching) yaitu penyisipan pemarkah emblematik
dari suatu bahasa ke dalam ujaran dalam bahasa lain.
a. kiapa e skarang rupa so nyanda dapa rasa, rupa so lebe pende, rupa so cepat skali untuk mengakhiri satu tahun.

b. Bayangkan kalo torang orang pi pangge pergi, torang tidak tahu di mana mo apa, belum tentu kal kita pergi.

c. Kal torang skarang so jelas torang mo pigi to.

Selanjutnya diperoleh topik-topik pembahasan dalam kotbah yaitu topik-topik normatif sebagaimana berikut ini: sukacita, damai sejahtera, dosa, pengampunan, keselamatan,
kebenaran, kemenangan, ketulusan, kepercayaan, pengakuan, keyakinan, kesetiaan. Dan atas wawancara yang dilakukan, alih-kode digunakan agar supaya secara psikologis terjadi hubungan keakraban antara pengkotbah dan jemaat yang menggunakan bahasa yang sama secara umum yaitu Bahasa Melayu Manado. Dengan keakraban ini diharapkan lebih lanjut yaitu mempermudah pemahaman isi kotbah yang disampaikan. Dengan demikian tercapailah tujuan pengkotbah.

III. KESIMPULAN
Dari hasil kajian disimpulkan bahwa: (1) ketiga jenis alih-kode sebagaimana yang
dikategorikan di atas terdapat pada alih-kode Bahasa Melayu Manado dan Bahasa Indonesia dalam kotbah tersebut dan yang terbanyak berupa alih-kode dalam kalimat (pengalihan elemen linguistik kata, frasa, dan klausa) Bahasa Melayu Manado ke dalam kalimat-kalimat Bahasa Indonesia, bahasa resmi yang umumnya digunakan dalam kotbah-kotbah di gereja, khususnya
GMIM; (2) topik normatif seperti: sukacita, damai sejahtera, pengampunan, dosa,keselamatan, kebenaran, kemenangan, ketulusan, kepercayaan, pengakuan, keyakinan, kesetiaan merupakan topik kotbah yang mengandung alih-kode; dan (3) alasan-alasan penggunaan alih-kode dan campur-kode Bahasa Melayu Manado ini yakni secara psikologis untuk menjalin keakraban supaya tertarik atau fokus pada kotbah, untuk memudahkan atau bahkan meningkatkan pemahaman pendengar tentang isi kotbah, untuk menunjukkan identitas dan solidaritas etnik Manado/ Sulawesi Utara dan untuk menjaga keaslian dan keakuratan informasi dalam kotbah.

Penelitian ini mengkaji alih-kode Bahasa Melayu Manado hanya dari perspektif sosiolinguistik saja dengan fokus yang terbatas pada bahasa lisan dalam kotbah.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, A, dan Agustina,L. Sosiolinguistik Perkenalan Awal. Jakarta: PT. Rineka Cipta Fishman, J.A. 1968. Reading in the Sociology of Language. Den Haag-Paris: Mouton Ibrayeva, Meruyev. 2018. A review of code switching: theories and concepts. Journal of Foreign Language Teaching and Applied Linguistics Kridalaksana, H. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama
Pateda, M. 1987. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa Romaine, S. 1995. Bilingualism. Basil Blackwell Ltd: Oxford Samsuri. 1983. Analisis Bahasa . Jakarta: Erlangga.
Nazri, Siti Nur Atikah. 2023. Issues and Functions of Code-switching in Studies on Popular Culture: A Systematic Literature Review
Tay, M.W.J. 1989. Code Switching and Code Mixing as a Communicative Strategy in Multilingual Discourse. Dalam World Englishes, 8,3,h.407-417.
Wardhaugh, R. 1986. An Introduction to Sociolinguistics. Basil Blackwell Inc.: New York.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

No More Posts Available.

No more pages to load.