Penulis:
Tien Siamando
tiensiamando@gmail.com
Theresia M. C. lasut
Rina P. Pamantung
r.pamantung@yahoo.com
Ilke Moniung
Troutye Rotty
Mercy Mantau
Femmy Lumempouw
Rosa Rambing
Dra. Rosijanih Arbie,M.Hum
email rosijaniharbie@unsrat.ac.id
Faculty of Humanity
Sam Ratulangi
Indonesia
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG
Budaya merupakan keseluruhan kompleksitas yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan yang diperoleh oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Taylor, 1873). Linguistik sebagai ilmu tentang bahasa melingkupi mikro linguistik yaitu Fonologi, morfologi, Sintaksis, Pragmatik dan makro linguistik yaitu Soiolinguistik, psikolinguistik, Lingustik Antropologi, linguistik forensik, dan linguustk landskap.
Morfologi mempelajari afiks yang terdiri atas, prefiks, infiks, sufiks, dan konfiks. Penelitian tentang morfologi Bahasa melayu manado sudah banyak namun
PREFIKS VERBA DALAM BAHASA MELAYU MANADO di zaman era 5.0 masih jarang dilakukan. Salah satu aset leluhur yang dimiliki oleh bangsa Indonesia hingga kini dengan banyak ragamnya yakni bahasa daerah. Beragamnya bahasa daerah yang dipakai di tiap daerah merupakan kekayaan yang sangat bernilai dan perlu mendapat perhatian serta penggarapan yang sepatutnya. Penanganan tersebut sangat bernilai bagi bidang kebahasaan mengingat ada banyak bahasa yang telah lenyap tanpa menyisakan data baik lisan maupun tulisan.Menyingkapi peran bahasa daerah, sangatlah tepat jika dikaitkan dengan kedudukan dan fungsi bahasa daerah sebagaimana yang ditetapkan oleh Politik Bahasa Nasional (Halim,1981:30) yang antara lain menyatakan bahasa daerah berkedudukan sebagai bahasa daerah.
Dalam kedudukannya ini bahasa daerah berfungsi sebagai (1) lambang kebanggaan daerah, (2) lambang identitas daerah, (3) alat perhubungan di dalam keluarga dan masyarakat, dan (4) alat pengembangan serta pengungkap kebudayaan daerah. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, Silzer (dalam Nababan 1990:3) juga menyatakan bahwa setiap bahasa dipakai dalam beberapa fungsi kebudayaan, bahasa berperan sebagai (1) sarana pengembangan dan pengungkap kebudayaan, (2) sebagai penerus kebudayaan, dan (3) sebagai inventaris ciri-ciri kebudayaan.Berdasarkan keterangan tersebut maka bahasa daerah berhak mendapat tempat sendiri yang lebih terhormat dan lebih layak. Imbang (2008) mengungkapkan bahwa Bahasa Melayu Manado dipakai oleh penduduk Sulawesi Utara dalam kehidupan sehari-hari ketika berkomunikasi antar suku yang telah menetap di Manado dan sekitarnya. Penggunaan bahasa Melayu oleh penuturnya berdampingan dengan bahasa Indonesia, bahasa daerah, dan bahasa asing. Hal tersebut menunjukkan bahwa Bahasa Melayu Manado merupakan alat komunikasi utama dalam masyarakat. Bahasa Melayu Manado (BMM) sebagai alat komunikasi digunakan dalam hampir semua aktivitas kehidupan bersosial yang terdapat di Sulawesi Utara. Bahasa ini digunakan sebagai bahasa perhubungan antaretnis di Sulawesi Utara juga sebagai bahasa ibu bagi masyarakat Sulawesi Utara, sehingga kedudukan bahasa Melayu Manado dikategorikan sebagai bahasaregional atau bahasa pemersatu di Sulawesi Utara. Bahasa Melayu Manado memiliki kesamaan (Vany Kamu Morfologi Bahasa Melayu Manado
Ilke J. Moniung) dengan bahasa Melayu di beberapa tempat di kawasan timur Indonesia seperti Melayu Papua, Melayu Ambon, Melayu Ternate, dan Melayu Nusa Tenggara. Sehubungan dengan hal tersebut, Alwi (2003) menjelaskan bahwa jenis kreol bahasa Melayu Indonesia, yakni Melayu Indonesia yang bercampur dengan bahasa setempat, didapati masih jamak ditemui dalam proses komunikasi di kalangan masyarakat di Sulawesi Utara.
Bahasa Melayu manado merupakan bahasa lingua franca yang mempersatukan banyak masyarakat dari latar belakang yang berbeda baik latar belakang pendidikan, asal daerah maupun kehidupan sosial. Maraknya pemakaina bahasa melayu manado dalam pemakaina sehari-hari membuat para pendatangpun harus menyesuaikan diri dalam berbahasa agar tidak diangap sebagai orang luar, namun setelah banyak kata serapan yang hadir di masyarakat membuat bahasa melayu manado semakin meriah dalam pemakaiannya. Pertumbuhan platform digital dalam masyarakat baik dalam tontonan yang didasarkan pada televisi maupun televise berbayar membuat ada banyak kata, frase, klausa bahkan kalimat yang akhirnya dipakai dalam percakapan sehari-hari bersama bahasa melayu manado. Proses masuknya kata, frase, klausa maupun kalimat dalam formasi kalimat Bahasa Melayu Manado dapat mengakibatkan Bahasa Melayu Manado memiliki bentuk yang nantinya akan merubah baik struktur frase, kalusa maupun kalimatnya. Apabila terdapat banyak bahasa serapan yang didapat baik dari tontonan maupun percakapan maka pada akhirnya Bahasa Melayu Manado akan memiliki struktur yang baru atau diperluas sesuai dengan perkembangan jaman dan modernisasi.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan, menganalisis, dan menguraikan proses revitalisasi struktur Bahasa Melayu Manado dalam proses pengembangan bahasa dan budaya lokal dapat terancam oleh masuknya dan banyaknya bahasa serapan yang digunakan dalam masyarakat yang terdapat di tujuh kota dan kabupaten di Sulawesi Utara. Permaslahan yang muncul yakni bentuk prefix verba BMM dan makna apa saja yang muncul pada era 5.0?
Tinjauan Pustaka
Menurut Achmad & Abdullah (2012), bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri. Chaer dan Agustina (2010: 11) berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah sistem, artinya, bahasa itu dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap
dan dapat dikaidahkan. Tarigan dalam Suyanto (2016) memberikan dua definisi bahasa.Pertama, bahasa adalah suatu sistem yang sistematis, juga untuk sistem yang generatif. Kedua, bahasa adalah seperangkat lambang-lambang mana suka atau simbol-simbol arbitrer. Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa bahasa adalah alat untuk menyampaikan ide, pikiran, perasaan, atau kehendak dengan menggunakan lambang bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia.
Penelitian ini menekankan pemahaman dari masyarakat terhadap proses pengembangan bahasa Melayu Manado dalam tahapan revitalisasi untuk mendapatkan perkembangan terbaru yang ada di masyarakat. Proses pemaduan yang secara kasat mata terus terjadi tanpa dapat dicegah secara terus menerus dapat membuat masyarakat mulai meniru atau menggunakan baik kata, frase, klausa bahkan kalimat yang didapat dari bahasa serapan yang muncul dalam bentuk tontonan televise konvensional, tontonan televise digital, platform media sosial, maupun maraknya tontnan drama korea. Pantouw (2018) menggambarkan bahasa Melayu Manado sebagai bahasa yang memilikiproses sinonim nomina yang beragam yang didapat dari beberapa kata serapan dalam masyarakat itu sendiri. Demikian pula Imbang (2008) yang menjelaskan tentang bentuk makna dan fungsi
kata tugas dalam bahasa Melayu Manado yang memiliki pola-pola tertentu yang terdapat dalam masyarakat. Preposisi Bahasa Inggris dan Bahasa Melayu Manado” oleh Lumiwu (2017) dalam penelitian ini Lumiwu menggunakan teori Aarts and Aarts (1982) dia membahas mengenai persamaan dan perbedaan antara preposisi dalam bahasa Inggris dan bahasa Melayu Manado.
Dalam penelitian tersebut dia menyimpulkan kalau preposisi dalam bahasa Inggris dan bahasa Melayu Manado terbagi dalam dua bentuk, yaitu bentuk sederhana dan bentuk kompleks. Nurdin (2015 menulis tentang Fungsi adverbial bahas Melayu
struktur adverbial yang terdiri dari bentuk kata, frase maupun klausa.
Menyingkapi masalah bahasa tersebut, Chaer (1994:51) mengatakan bahwa Bahasa itu unik, unik berarti mempunyai ciri khas yang spesifik dan tidak dimiliki oleh bahasa lain. Olehkarena itu tidak ada bahasa yang lebih tinggi dari bahasa lain. Keunikan bahasa tersebut juga dapat ditemukan dalam kalimat-kalimat yang digunakan dalam iklan papan yang banyak bertebaran di sekitar kita. Struktur kalimat yang unik tersebut mampu membius para konsumen karena rasa keingintahuan serta ketertarikannya maka timbullah rasa ingin memiliki produk yangditawarkan. Kekhasan struktur kalimat iklan antara lain singkat, padat, jelas, dan menarik. Maka dari itu diperlukan pemilihan kata yang tepat dan gaya bahasa.
Pengembangan bahasa Melayu Manado sebagai bahasa daerah harus dilakukan dengan maksimal mengingat banyaknya interferensi yang tidak disadari oleh banyak pihak. Seranganserangan tersebut berupa maraknya penggunaan kata, frase, klausa dan kalimat yang berupa interfensi dari bahasa asing yang didapat baik dari media cetak, media sosial, tayangan televise, dan streaming film pada patform digital. Dengan adanya proses pemertahanan bahasa dan budaya yang dapat ditampilkan diharapkan dapat meminimalisisr proses penghilangan
kemampuan masyarakat dalam memilah-milah konsep penggunaan kata serapan dalam masyarakat.
Tuju. E. 1988. Kalimat minor dalam Bahasa Inggris dan dalam Bahasa Melayu Manado. Suatu analisis konstrastif.
Kalimat minor vokatif dan Fragmen kompletif khusus adalah dua jenis kalimat minor bahasa MelayuManado. Lengkong. J. 2001. Interferensi Bahasa Inggris dalam Bahasa Melayu Manado. Adanya interferensi dalam tataran fonologi, garammar, lexicon dan kalimat pada Bahasa Melayu Manado oleh Bahasa Inggris.
Mandang. S. 1987. Analisis Konstrastif kata majemuk Bahasa Inggris dan Bahasa
Melayu Manado.
Adanya empat kategori kata majemuk dalam bahasa Melayu Manado.
1. Kata majemuk benda.
2. Kata majemuk aktiva
3. Kata majemuk kerja
4. Partikel
Lalamentik, dan Warouw. 1986. Partikel bahasa Melayu Manado.
Partikel berbentuk dasar dan yang membentuk turunan ada dua macam dalam bahasa Melayu Manado.
Menurut Nida, morfologi mempunyai definisi yakni “kajian tentang morfem dan
penataannya dalam pembentukan kata.” Sehubungan dengan itu dalam morfologi terjadi dua pokok bahasan yaitu tentang morfem dan pembentukannya.
Menurut Gleason (1961:2) morfem adalah unit terkecil dari struktur bahasa yang
memiliki makna, sedangkan menurut Nida morfem adalah unit-unit terkecil yang memiliki makna yang terdiri dari kata atau bagian kata. Bloomfield juga memberikan definisi sebagai berikut, morfem merupakan bentuk bahasa yang sebagiannya tidak mirip dengan bentuk lain manapun juga baik bunyi maupun arti.
Dalam hal ini morfem tersebut dapat dibagi kedalam dua komponen yaitu morfem bebas yaitu morfem yang memiliki arti atau makna tanpa membutuhkan pelekatan pada unsur-unsur
lainnya, sedangkan morfem terikat adalah morfem yang tidak memiliki makna apabila tidak
dilekatkan pada bentuk dasar atau morfem dasar dari suatu bahasa.
Contoh morfem bebas : tidur, meja, kemarin,dll.
Kesemuanya mempunyai arti yang dapat diklasifikasikan kedalam kelas-kelas kata seperti kelas kata benda, kelas kata kerja, dsb.
Contoh morfem terikat : se-, me-, ter-, di-,dsb.
Contoh dalam penggunaan, morfem bebas “tidur” yang diberi prefiks ter- akan menjadi
gabungan morfem “tertidur” yang berarti sudah tidur. Morfrem terikat dapat berdistribusi pada awal, tengah, akhir ataupun penggabungan kesemua morfem terikat yang disebut afiksasi.
Dalam mengidentifikasi morfem Nida memberikan enam prinsip yang secara singkat dapat ditunjukan hasil penerapannya.
Langkah yang ditempuh setelah mendapatkan morfem-morfem yaitu pada proses
pembentukan kata. Hal tersebut dapat dilakukan lewat dua cara yaitu dengan proses morfologis
dan non proses morfologis.
1. Proses morfologis, yaitu proses pembentukan kata dengan :
a. Afiksasi, yaitu dengan penambahan afiks pada awal (prefiks),pada tengah
(infiks), pada akhir (sufiks) dan pada semua posisi (konfiks).
b. Pemajemukan yang meliputi empat cara, yaitu:
1. Sintaktik, yaitu pemajemukan yang mengikuti pola bahasa
2. Asintaktik, yaitu pemajemukan yang tidak mengikuti pola bahasa.
3. Endosentris, yaitu perubahan kedalam yang hasilnya sama dengan inti.
4. Eksosentris, yaitu perubahan keluar yang hasilnya berbeda dengan inti.
c. Pengulangan yaitu pembentukan kata baru dengan melakukan pengulangan bentuk kata yang terdiri atas:
1. pengulangan kata dasar.
2. pengulangan sebagian.
-3.pengulangan berubah bunyi.
d. Perubahan kedalam, misalnya goose /guwz/ menjadi gesse /giyz/.
e. Pembentukan kosong (zero modifiation), yaitu tidak adanya perubahan pada kata
tersebut walapun mengalami perubahan jumlah seperti pada kata deer yang dapat
menunjukan baik tunggal maupun jamak.
f. Proses suplisi.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif untuk menjawab masalah penelitian. Penelitian deskriptif dengan metode kuantitatif dianggap cocok berdasarkan apa yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Djajasudarma (1993: 8) menyatakan bahwa penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat deskriptif, yaitu membuatgambaran, lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai data, sifat-sifat serta hubungan fenomena yang diteliti. Djajasudarma (1993: 10) menjelaskan, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa data tertulis atau lisan dari masyarakat. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan, penelitian kualitatif menghasilkan deskriptif data, kemudian deskriptif data tersebut digali hingga mendapatkan hipotesis yang konsisten.
Arikunto (2010) mendefinisikan survey sebagai prosedur penelitian yang digunakan peneliti pada sampel atau seluruh populasi penelitian untuk mendeskripsikan sikap, pendapat, tingkah laku atau karakteristik populasi. Obyek penelitian ialah struktur kalimat yang terdapat pada bahasa Melayu Manado yang dipakai dalam percakapan sehari-hari di tujuh kota dankabupaten di Sulawesi Utara.
Imbang (2008) mengatakan dalam setiap aktivitas, cenderung penggunaan bahasa Melayu Manado semakin nyata karena dipakai sebagai alat komunikasi tidak resmi dalam kehidupan masyarakat yang beragam suku, juga dalam kegiatan masyarakat yang heterogen. Berdasarkan pemakaian yang massif dari bahasa Melayu Manado maka aspek kebahasaan, seperti fonologi, morfologi, sintaksis yang mengemban makna leksikal dan makna gramatikal. Makna leksikal ditelusuri dalam empat kelas kata, yakni nomina, verba, adjektiva, dan adverbial sedangkan makna gramatikal ditelusuri dalam kata tugas. Proses morfologis adalah suatu proses pembentukan kata dengan cara menghubungkan satu morfem dengan morfem yang lain atau proses yang mengubah leksem menjadi sebuah kata. Pengafiksan adalah proses pembentukan kata dengan menambahkan afiks (imbuhan) pada bentuk dasar, baik bentuk dasar tunggal maupun kompleks. Proses morfologis pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk kata dasar melalui pembubuhan afiks, pengulangan, penggabungan, pemendekan, dan pengubahan status (Chaer, 1998:25). Proses morfologis adalah suatu proses pembentukan kata dengan cara menghubungkan satu morfem dengan morfem yang lain atau proses yang mengubah leksem menjadi sebuah kata.
Data dikumpulkan dengan menggunakan data primer dan data sekunder, Data
primer dalam penelitian ini diperoleh melalui data rekaman tuturan para penutur
bahasa Melayu Manado yang telah terdokumentasi sedangkan data sekunder
didapat dari buku-buku yang berhubungan dengan penelitian ini. Pengumpulan
data dalam penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data linguistik
struktural seperti yang dikemukan oleh Subroto (2007) yaitu teknik rekam yaitu
perekaman pemakaian bahasa lisan yang bersifat spontan – bahasa yang
digunakan secara alami dan tidak dibuat-buat. Situasi disaat perekaman tidaklah
diketahui oleh informan sehingga data yang didapat ialah benar-benar data bahasa
yang dipergunakan secara alamiah. Teknik yang kedua ialah teknik kerja sama
dengan informan. Informan dalam penelitian ini ialah para pembicara asli bahasa
Melayu Manado yang berkemampuan memberikan informasi kebahasaan kepada
peneliti – dalam hal ini penelitilah yang merencanakan pertanyaan-pertanyaan
yang berhubungan dengan penggunaan kala dalam tuturan bahasa Melayu
Manado. Selanjutnya, data-data yang telah dikumpulkan akan dianalis guna
menemukan dan memahami bentuk dan pembentukan kala dalam bahasa Melayu
Manado. Teknik pengolahan data menggunakan menggunakan model dari Miles
dan Huberman yaitu data reduksi, data display dan kesimpulan.
ANALISIS
PREFIKS VERBA BAHASA MELAYU MANADO
Prefiks verba Bahasa Melayu Manado dapat dipaparkan sebagai berikut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk-bentuk interferensi morfologi bahasa Melayu Manado berupa bentuk afiksasisi, reduplikasi, dan morfem. Afiksasi terdiri atas prefiks dan sufiks. Prefiks dalam penelitian ini yakni, prefiks ba-, ma-, da-, dan ta-.
Bagate
Baminung
Baveto
Bagaya
Bagantong
Bakusedu
Balia
Babli
Bajalang
Bafui
Bastel
Bamomasa
Babakar
Bagoreng
Bacuci
Bastrik
Bamandi
Basio
Bagoro
Babaraba
Babahoba
Babagara
Babarado
Babasio
Babatundu
Babagaro
Babasibuk
Babatarek
Batumbu
Balapor
babagitar
mamanyanyi
babacirita
babamakang
barmaeng
Maniso
Mangente
Mangkage
Manganto
Manggoro
Manjae
Manimpang
Malintuang
Mancico
Manangis
Manyanyi
Malawang
Talipa
Tatidor
Tasoe
Tasiku
Tasmeck
Tatandu
Taguling
Tadudu
Tajatu
Tasenga
Tabiar
Tastop
Tabrenti
Tasisip
Tatatawa
Tangisi-ngisi
Tasusung
Tasontong
Tajatung
BENTUK PREFIKS VERBA BAHASA MELAYU MANADO
Bahasa Melayu Manado memiliki proses morfologis yang dapat diterapkan pada bentuk kata yang merupakan bagian dalam bahasa. Proses afiksasi yang terjadi dapat juga diterpakan dalam bentuk penambahan prefiks, sufiks dan konfis. Berikut merupakan penjelasan proses morfologis terhadap bahasa Melayu Manado:
1. Prefiks (ba-) apabila diikuti oleh verba akan memiliki makna penanda kala sedang melakukan atau kata kerja aktif.
Contoh : Dia da bacirita dεŋ dεpε tamaŋ
‘dia sedang bercerita dengan temannya’
ba + cirita menjadi bacirita ‘bercerita’
2. Prefiks (ba-) akan membentuk kata kerja dari kata sifat.
Contoh : Dia so bakuat katu
‘dia sudah berusaha’
ba + kuat bakuat ‘berusaha’
3. Prefiks (ba-) akan membentuk kata kerja dari kata benda.
Contoh : Ta so batamu tadi malaŋ
‘saya sudah bertamu tadi malam’
ba + tamu menjadi batamu ‘bertamu’
Contoh : dia so babantiŋ
‘dia membanting diri sendiri’
ba + bantiŋ menjadi babantiŋ ‘membantingkan diri’
4. Prefiks (ba-) bila diikuti oleh nomina akan bermakna memiliki kecuali untuk kata ‘hitar’
akan bermakna ‘sedang bermain gitar’
Contoh : Dia so baruma dua
‘dia sudah mempunyai dua buah rumah’
ba + ruma menjadi baruma ‘mempunyai rumah’
5. Prefiks (ba-) akan berkontras dengan bra- apabila diikuti oleh fonem /a/ seperti pada kata
/anak/ dan /i/ pada /iŋus/ yang berarti memiliki
Contoh : Dia sobrana? dua
‘dia sudah mempunyai dua orang anak’
Prefiks (ba-) bila diikuti oleh ajektiva akan berarti sudah mulai berubah
dari satu bentuk ke bantuk lainnya.
Contoh : om pεrambut sobaputih
‘rambut om tersebut mulai menjadi putih’
ba + putih menjadi baputih ‘sudah mulai memutih’
6. Prefiks (baba-) apabila diikuti oleh verba akan berarti sesuatu yang hanya dilakukan itu –
itu saja.
Contoh : dεpε karja babamakaŋ jo
‘kerjanya hanya makan – makan saja’
baba + makaŋ menjadi babamakaŋ ‘hanya makan-makan saja’
7. Prefiks (baku-) berarti :
a. Melakukan perbuatan yang tersebut pada akar kata dengan berbalas-balasan.
Contoh : doraŋ da bakupukul
‘mereka sedang saling memukul’
baku + pukul menjadi bakupukul ‘saling
memukul’
b. Dua hal yang yang berada dalam keadaan seperti apa yang tersebut pada akar kata
dan membentuk kata sifat.
Contoh : tu warna kwa bakulaeŋ
‘warnanya berlainan’
baku + laeŋ manjadi bakulaeŋ ‘saling berlainan’
8. Prefiks (pa-) merupakan penanda persona apabila diikuti oleh verba.
Contoh : tu pancuri so dapa taŋka
‘pencuri itu sudah tertangkap’
/pan/ + /curi/ menjadi /pancuri/ ‘pencuri’
9. Prefiks (pa-) apabila diikuti oleh ajektiva akan bermakna meiliki.
Contoh : usεr tu oraŋ pañaki kasana !
‘usir orang yang berpenyakit itu kesana’
/pa/ + /ñaki/ menjadi /pañaki/ ‘berpenyakit’
10. Prefiks (pa-) akan menjadi paN – + kk yang berarti :
a. membentuk kata benda dari kata kerja.
Contoh : /paN/ + /curi/ menjadi /pancuri/ ‘pencuri’
/paN/ + /badusta/ menjadi /paŋbadusta/ ‘tukang berdusta’
/paN/ + /bafεto/ menjadi /paŋbafeto/ ‘pemarah’
b. Benda yang berfungsi seperti apa yang terdapat pada akar kata yang membentuk
kata benda dari kata kerja.
Contoh : /paN/ + /pεlε/ menjadi /pam pεlε/ ‘tirai’
c. Bersifat seperti apa yang tersebut pada akar kata.
Contoh : /paN/ + /baε/ menjadi /paŋbaε ‘peramah’
d. Membentuk kata benda agentif dari kata benda.
Contoh : /paN/ + /doti/ menjadi /pandoti/ ‘peracun’
e. Membentuk kata benda agentif dari kata sifat.
Contoh : /paN/ + /malo/ menjadi /pamalo/ ‘pemalu’
11. Prefiks (ta-) akan memiliki :
a. Arti sesuatu yang tidak disengaja.
Contoh : kita tamakaŋ tupait
‘saya termakan sesuatu yang pahit’
/ta/ + /makaŋ/ ‘termakan’
b. Menyatakan keadaan seperti apa yang tersebut pada akar kata atau kata kerja
pasif.
Contoh : tatutu no tu pintu
‘pintu itu tertutup
/ta/ + /tutu/ ‘tertutup’
c. Membentuk kata kerja kausatif.
Contoh : /ta/ + /baε/ menjadi /tabaε/ ‘menjadi baik’
d. Membentuk kata kerja dari kata keterangan.
Contoh : /ta/ + /kaatas/ menjadi /takaatas/ ‘terangkat keatas’
12. Prefiks (mo-) akan memiliki arti sebagai penunjuk kala yang akan datang.
Contoh : nanti malam kita mopigi paŋana pεrumah
‘nanti malam saya akan pergi kerumahmu’
/mo/ + /pigi/ menjadi /mopigi/ ‘akan pergi’
Prefiks (tar-) berarti mengalami atau dikenai apa yang disebut pada kata dasar dan
membentuk kata kerja pasif.
Contoh : tarpaksa kita musti pigi no
‘saya harus pergi secara terpaksa’
/tar/ + /paksa/ menjadi /tarpaksa/ ‘terpaksa’
13. Akhiran (-akaŋ) yang didahului baik oleh kata kerja, kata benda dan kata sifat akan
menjadi kata meminta tolong atau membentuk kata kerja kausatif.
Contoh : /foto/ + /akaŋ menjadi /foto akaŋ/ ‘tolong difoto’
/paŋgε/ + /akaŋ/menjadi /panŋεakaŋ/ ‘tolong dipanggilkan’
/pεndε/ + /akaŋ/menjadi /pεndεakaŋ/ ‘tolong dipendekkan’
14. Akhiran (-an) apabila dipasangkan dengan kata kerja, kata sifat, kata bilangan dan kata
keterangan akan menjadi kata benda.
Contoh : /buŋkus/ + /an/menjadi /buŋkusan/ ‘bunngkusan’
/manis/ + /an/ menjadi /manisan/ ‘manisan’
/puluh/ + /an/ menjadi /puluhan/ ‘puluhan’
/sampiŋ/ + /an/menjadi /sampingan/ ‘sampingan’
15. Prefiks (ka-) akan merubah kata bilangan menjadi ordinal.
Contoh : /ka/ + /satu/ menjadi /kasatu/ ‘kesatu’
16. Prefiks (ka-) akan membentuk kata keterangan tempat menjadi keterangan arah.
Contoh : /ka/ + /atas/ menjadi /kaatas/ ‘keatas’
17. Konfiks (ka-an) akan membentuk kata benda dari kata sifat.
Contoh : /ka-an/ + /susah/ menjadi /kasusahan/ ‘kesusahan’
18. Konfiks (ka-an) akan membentuk kata sifat dari kata keterangan.
Contoh : /ka-an/ + /abis/ menjadi /kaabisan/ ‘kehabisan’
19. Konfiks (paN-an) akan membentuk kata benda dari kata kerja.
Contoh : /paN-an/ + /cari/ menjadi /pancarian/ ‘pencarian’
/paN-an/ + /aku/ menjadi /paŋakuan/ ‘pengakuan’
/paN-an/ + /bagε/ menjadi /pambagεan/ ‘pembagian’
MAKNA PREFIKS VERBA BAHASA MELAYU MANADO
Makna prefiks Bahasa Melayu Manado (BMM) dengan bentuk dasarnya berupa verba, yaitu:
1. Awalan {ba-} menyatakan makna:
a) Melakukan kegiatan
1) Dia da batumburica kong de pe mama pangge.
da ’sementara’
batumbu ’menumbuk’
rica ’cabai’
kong ‘kemudian/lalu’
de ’dia’
pe ’punya’
mama’ ’ibu/mama’
pangge ’panggil’
”Dia sementara menumbuk cabai, lalu ibunya memanggil.”
b) Kegiatan yang dilakukan terus menerus.
2) Ada tu babagitar, ada yang mamanyanyi, ada yang babacirita, ada yang babamakang, ada yang tidor deng tu babaroko.
tu ’itu/yang’
babagitar ’bergitar terus-menerus’
mamanyanyi ’menyanyi terus-menerus’
babacirita ’bercerita terus-menerus’
babamakang ’makan terus-menerus’
tidor ’tidur’
deng ’dan/dengan’
babaroko ’merokok terus-menerus’
’Ada yang bergitar, menyanyi, bercerita, makan, dan merokok terus-menerus.
c) Refleksif
3) Dia bacukur deng baganti baju.
bacukur ’bercukur’
deng ’dan/dengan’
baganti ’mengganti’
kong ’kemudian/lalu’
pigi ’pergi’
muka ’depan’
pa ’kepada’
’Dia bercukur dan mengganti baju, lalu dia pergi menghadap raja.’
2. Awalan {bar-} menyatakan makna:
a) Melakukan kegiatan.
4)Sampe de pe mama nyanda mo kase Joni mo pigi barmaeng kalu de pemama nyanda lia.
sampe ’sampai’
de ’dia’
pe ’punya’
nyanda ’tidak’
mo ’mau/ingin’
kase ’memberikan’
pigi ’pergi’
barmaeng ’bermain’
lia ’perhatikan/lihat’
’Sampai ibu Joni tidak mengijinkannya bermain kalau tidak diperhatikan.’
1) Awalan {maN-} menyatakan makna:
a) Melakukan kegiatan.
5) Tu bui itu dorang ja pake for kurung tu panjahat-panjahat yang ja malawang pa raja.
tu ’itu’
bui ’penjara’
dorang ’mereka’
ja ’sering’
pake ’gunakan’
for ’untuk’
kurung ’mengurung’
panjahat ’penjahat’
malawang ’melawan/menentang’
pa ’kepada’
’Itu penjara yang sering mereka gunakan untuk mengurung penjahat-penjahat yang melawan
kepada raja.’
5)Awalan {paN-} menyatakan makna:
a) Alat.
6) Nga taru dimana tu pantutu blanga?
nga ’kamu (dari kata ngana)’
taru ’taruh/letakkan’
tu ’itu’
pantutu ’penutup’
blanga ’belanga/panci’
’Dimana kamu letakkan penutup belanga itu?’
6) Awalan {ta-} menyatakan makna:
a) Aspek perfektif atau sudah terjadi.
7) Sarta tu om so mati dari ada tasusung deng batu, de pe anak lia kong dia mamanangis.
sarta ’setelah’
tu ’itu’
so ’sudah’
dari ’karena’
tasusung’tertimbun’
deng ’dengan’
pe ’punya’
lia ’lihat’
kong ’kemudian/lalu’
mamanangis ’menangis terus-menerus’
’Setelah om itu meninggal karena tertimbun batu, anaknya melihat hal itu kemudian menangis
terus-menerus.’
b) Ketiba-tibaan atau spontan.
8) Dia so nda sadar kong tajatung di aer.
so ’sudah’
nda ’tidak (kependekan dari nyanda)’
kong ’kemudian/lalu’
tajatung ’terjatuh’
aer ’air’
’Dia sudah tidak sadar dan terjatuh di air.’
c) Ketidaksengajaan.
9) Kita pe tangan da tasontong di glas, kong ciri tu glas.
kita ’saya’
pe ’punya’
da ’ada’
tasontong ’tersentuh’
glas ’gelas’
kong ’kemudian/lalu’
ciri ’jatuh’
tu ’itu’
’Gelas tersentuh tangan saya, lalu gelas tersebut jatuh.’
7) Awalan {tar-} menyatakan makna:
a) Ketiba-tibaan atau spontan.
10) Mar ini tuang ruma makang bilang, ”biar lei mo bayar kita nyanda mo kase nasi.” Tarpaksa ni
tete trus kaluar dari ruma.
mar ’tetapi’
tuang ’tuan’
ruma ’rumah’
makang ’makan’
biar ’walaupun’
lei ’juga’
mo ’akan’
kita ’saya’
nyanda ’tidak’
kase ’berikan’
tarpaksa ’terpaksa’
ni ’ini’
tete ’kakek’
trus ’terus’
kaluar ’keluar’
ruma ’rumah’
’Tapi pemilik rumah makan ini berkata, ’walaupun dibayar, saya tidak akan memberikan nasi.
Kakek ini terpaksa langsung keluar dari rumah.’
Makna awalan Bahasa Melayu Manado dengan bentuk dasar verba yang mengacu kepada konsep Ramlan (2009) dan Kridalaksana (2009), antara lain sebagai berikut:
1)Awalan {ba-}
Awalan ini menyatakan makna melakukan kegiatan danrefleksif.
2) Awalan {bar-}
Awalan ini menyatakan makna melakukan kegiatan.
3) Awalan {maN-}
Awalan ini menyatakan makna melakukan kegiatan.
4) Awalan {paN-}
Awalan ini menyatakan makna pelakudanalat.
5) Awalan {ta-}
Awalan ini menyatakan makna aspek perfektif, ketiba-tibaan atau spontandan ketidaksengajaan.
6) Awalan {tar-}
Awalan ini menyatakan makna ketiba-tibaan atau spontan.
Selain bentuk dan makna afiks verba BMM maka ditemukan juga beberapa bentuk mirip afiks verba tapi bukan afiks. Bentuk itu hanya sebagai awalan huruf pada kata saja.
Pengecuaian prefiks BMM yang muncul yakni
Mambao
Bacao
Tarada
Taslep
Ferliven
Sondag
Tawiu-wiu
Tasono
Baroro
Tastot
Tarika
Bakera
Takendu
Baholo
Bagabu
Barika
Tarika-rika
Tarete-rete
Tarengke-rengke
Tangisi-ngisi
Baleo
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu sebagai berikut.
Bahasa Melayu Manado memiliki proses morfologis yang dapat diterapkan pada bentukbentuk kata yang merupakan bagian dalam bahasa. Proses afiksasi yang terjadi dapat juga diterapkan dalam bentuk penambahan prefiks, sufiks dan konfiks. Bahasa Melayu Manado juga memiliki dua jenis proses reduplikasi yang dapat menunjukkan keunikan tersendiri dalam penjabarannya.
Prefiks BMM terdiri atas ba-, ma-, dan ta-. Bahasa Melayu Manado memiliki beberapa makna jika bentuk dasarnya berupa verba. Makna-makna tersebut yaitu: melakukan kegiatan, refleksif, alat, aspek perfektif, ketiba-tibaan atau spontan, dan ketidaksengajaan.
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, H., H. Lapoliwa dan A.M. Moeliono. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: BalaiPustaka.
Arifin, E. dan Junaiyah. 2009. Morfologi Bentuk, Makna, dan Fungsi. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.
Ba’dulu, A. 2005. Morfosintaksis. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Chaer, A. 2003. Linguistik Umum. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Chaer, A. 2008. Morfologi Bahasa Indonesia (Pendekatan Proses). Jakarta: PT Rineka Cipta.
Hiariej, N. 2007. Proses MorfologisVerba Bahasa Melayu Manado. Tesis. Universitas Sam Ratulangi.
Kridalaksana, H. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Kridalaksana, H. 2009. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Mangulu, M. 2002. Tipologi Bahasa Melayu Manado Ditinjau dari Pembentukan Kata. Tesis. Universitas Sam Ratulangi.
Manangkot, V. 2022. PROSES MORFOLOGIS VERBA BAHASA MELAYU MANADO
Parera, J. D. 2007. Morfologi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Umum.
Putrayasa, I. 2010. Kajian Morfologi (Bentuk Derivasional dan Infleksional). Bandung: PT. Refika Aditama.
Ramlan, M. 2009. Morfologi Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV Karyono.
Rattu, A. B. G. 2002. Tata Bahasa Melayu Manado. Tondano: FBS Unima.
Tarigan, H. 2009. Pengajaran Morfologi. Bandung: Angkasa Group.
Yohanes, Y. 1991. Tinjauan Kritis Teori Morfologi dan Sintaksis Bahasa Indonesia. Flores: Nusa Indah.
Yunus. 2003. Pusat Penerjemahan Bahasa. Tomohon: Universitas Kristen Indonesia Tomohon.
Yusuf. 2003. Pusat Penerjemahan Bahasa. Tomohon: Universitas Kristen Indonesia Tomohon.
Vany Kamu, Ilke J. MoniungMorfologi Bahasa Melayu Manado.